Tuesday, July 17, 2007

Suwarmana, Pranata Mangsa untuk Nelayan



Setelah melakukan penelitian lapangan selama sekitar 11 tahun Suwarman berhasil melahirkan tabel pranata mangsa, tata musim, yang dipakai sebagai acuan melaut oleh nelayan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dia melakukan penelitian itu kq.rena sehari-hari akrab dengan nelayan dan berempati terhadap nasib mereka.

Oleh MAWAR KUSUMA, KOMPAS, Sabtu 14 Juli 2007


Impian Suwarman Partosuwiryo (47) yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Dinas Perikanan dan Kelautan DIY ini adalah membantu nelayan meningkatkan efisiensi, produktivitas dan pendapatan. Caranya, dengan memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal. Pranata mangsa tersebut menyediakan informasi lengkap yangberhubungan dengan musim penangkapan ikan.

Tak hanya memberi informasi tentang musim ikan, pranata mangsa juga membantu nelayan memilih alat tangkap yang harus digunakan untuk memperoleh tangkapan optimal.

Pranata mangsatersebut dibuat ketika dia bekerja pada seksi penangkapan ikan. "Minimal sekali dalam sepekan saya ke pantai dan tempat pendaratan ikan. Saya lalu tertarik mengamati kondisi laut, mulai dari angin, cuaca, gelombang, hingga jenis ikan yang tertangkap," ungkap Suwarman, Kamis (12/7).

Pengamatan itu lalu dia lakukan secara intensif sejak tahun 1989. Dari pengamatan lapangan, Suwarman melihat ada pola jenis tangkapan ikan yang terus berulang. "Sampai sekarang pol a itu tidak berubah. Pakai ilmu titen atau niteni saja," ungkapnya.

Dia sempat berusaha menambahkan data kecepatan angin dan gelombang dalam pengamatan itu. Namun,.usaha itu.di hentikannya s.etelah dua tahun dijalani karena keterbatasan waktu dan peralatan.

Pranata mangsa bikinan Suwarman berupa tabel yang berisi informasi tentang jenis ikan, tanda-tanda musim, alat tangkap, dan jangka waktu musim ikan beriangsung. Dalam tabel pranata mangsa terse but terlihat. Saat ini di DIY sedang musim ikan tongkol, tuna mata besar, pari, cucut, tuna, madidihang, dan layaran.

Nelayan bisa memanen jenis ikan tersebut selama 41 hari dengan menggunakan jaring insang hanyut, rawai, jaring insang dasar, dan hand line. Tanda-tanda yang menyertai musim tersebut antara lain daun berguguran dan musim kemarau.


Ditempel di dinding

Bisa dikatakan semua kelompok nelayan di DIY kini telah mel)1akai pranata mangsa bikinan Suwarman sebagai panduan melaut dan menentukan alat tangkap. Bahkan, 19 kelompok nelayan di DIY melapisi lembar pranata mangsa dengan plastik dan memajangnya di dinding agar mudah dilihat sebelum melaut.

Suwarman mengaku pranata mangsa itu belum sempurna. Dia masih meminta masukan dari nelayan terkait keakuratan pranata mangsa. "Evaluasi dari kalangan nelayan ternyata tak ada perubahan jenis ikan tangkapan. Pranata mangsa itu cocok dan masib relevan sampai sekarang."

Bahkan, gempa bumi yang melanda my tahun 2006 lalu tak berpengaruh pada jenis tangkapan ikan. Bencana gempa itu justru mengakibatkan proses pengadukan air laut sehingga jumlah ikan semakin banyak.

Menurut Suwarman, tak ada musim paceklik ikan bagi nelayan. Keluhan nelayan bahwa ikan sedang sedikit hanya karena mereka tak tahu alat tangkap yang tepat pada musim tersebut. Mayoritas nelayan hanya memiliki satu macam alat tangkap ikan. Padahal, tiap musim itu menghadirkan jenis ikan tertentu dan diperiukan alat tangkap khusus yang sesuai.

Kekayaan ikan di DIY teru-' tama adalah ikan jenis tongkol, tenggiri, bawal, manyur, tiga wajah, dan cucut. "Produksi ikan tiap bulan merata. Tinggal bagaimana kemampuan nelayan untuk menyediakan alat tangkap yang sesuai," katanya.

Pranata mangsa tersebut juga pernah disampaikannya dalam forum pertemuan nelayan tingkat nasional. Suwarman mengimbau agar tiap provinsi memiliki pranata mangsa dengan ilmu titen (hafalan yang didasarkan pada pengalaman) karena sangat bermanfaat bagi nelayan. Apalagi, pendidikan mayoritas nelayan masih rendah sehingga mereka membutuhkan panduan. Dari gabungan pranata mangsa di tiap daerah akan bisa terlihat potensi perikanan laut di Indonesia. Dari ilmu titen diharapkan pranata mangsa bisa menjadi kajian lebih lanjut.


Kearifan lokal

Selain digunakan oleh nelayan, pranata mangsa juga dipakai untuk pembelajaran kearifan lokal di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Selain membuat pranata mangsa, Suwarman juga menjadi pengajar di Akademi Perikanan Yogyakar ta dan untuk mahasiswa Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM.

Suwarman jatuh cinta pada perikanan setelah kuliah di. Akademi Usaha Perikanan Jakarta. Awalnya, dia ingin menjadi dokter hewan. Namun, anak buruh tani ini tak punya cukup uang untuk mewujudkan impiannya.

Keterikatan Suwarman dengan nelayan DIY dimulai sejak tahun 1982. Kala itu dia termasuk salah seorang yang aktif memberikan kursus untuk menciptakan nelayan di DIY. Sebe· lum diadakan kursus, tak seorang pun warga DIY yang beriii profesi sebagai nelayan. . Dia aktif ikut "membuat nelayan" dengan mengajari para petani tegalan beralih profesi menjadi nelayan. Kursus tersebut mulai dari teori di kelas hingga mengajari mereka cara menebar jaring dan menangkap ikan di laut lepas.

Pelatihan pertama haI).ya diikuti sekitar 30 petani tegalan. Kini DIY punya sekitar 1.800 nelayan yang aktif melaut. Ini belum termasuk mereka yang melaut sebagai pekerjaan sampingan. Kursus menjadi nelayan pertama kali dilakukan di Pantai Samas kemudian merambah ke Baron, Sadeng, Trisik, Glagah hingga Gesing.

Warga Yogyakarta, kata Suwarman, mulai berani melaut setelah Sultan Hamengku Buwono IX yang kala itu menjadi wakil presiden berpesan agar rakyat tak hanya melihat ke utara (Gunung Merapi). Mereka juga harus melihat ke selatan (Laut Selatan).

Meski nenek moyang masyarakat DIY bukan pelaut, mereka bisa tumbuh menjadi nelayan tangguli. Penyerapan tenaga kerja pada sektor perikanan tang kap di daerah itu sekitar 46.000 orang. "Kini mereka percaya bahwa penguasa Laut Selatan sudah bersahabat dengan warga Yogya sehingga makin banyak orang yang berani melaut," ucap Suwarman.

Baru sekitar dua dekade warga DIY mengenal perikanan dan kelautan. Tak heran jika konsumsi ikan di DIY termasuk terendah di Indonesia, yaitu 13,12 kilogram per kapita per tahuri. Namun, Suwarman yakin nelayan DIY akan semakin maju.


BIODATA

· Nama: Suwarman Partosuwiryo

· lahir: Karanganyar, 11 Juli 1960

· Istri: Sri Hartini (43)

· Anak:
Hermawati Nur Indah Rianingsih (22)
Meidah Rositasari (18)
Rahma Fitria Larasati (14)

· Jabatan:
Kepala Bidang Bina Program Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi DIY

· Pendidikan:
- SD Negeri Kemiri I, lulus 1972
- SMP Negeri Kebakkramat, lulus 1975
- SPMA Negeri Yogyakarta, lulus 1978
- D III Diklat Akademi Usaha Perikanan (AUP) Jakarta, lulus 1982
- D IV Diklat AUP Jakarta, lulus 1990
- Program Magister Manajemen STIE Mitra Indonesia Yogyakarta, 2002

Thursday, July 12, 2007

Press Confrence KOINSEL DEKOPIN

Bisnis Indonesia, 13 Juli 2007
Press Confrence di Bali setelah acara HUT Koperasi di GWK Bali

Presiden: Pemerintahan akan sepenuhnya pakai TI

Oleh ERNA S. U. GIRSANG
Bisnis Indonesia, 13-Juli-2007


KUTA, Bali: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menargetkan pada lima tahun mendatang teknologi informasi sudah sepenuhnya digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pendidikan dan usaha keci1 menengah (UKM).

"Saya menargetkan lima tahun mendatang IT [teknologi informasi] harus sudah diterapkan untuk tata kelola pemerintahan, pendidikan dan sektor UKM," ujar SBY pada Perayaan Hari Koperasi ke60 di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Kuta, Badung, Bali, kemarin.

Terkait hal itu dia mengemukakan mulai saat ini akan dipersiapkan sumber dayanya, mulai dari sumber daya manusia, infrastruktur dan permodalan. Untuk mencapai target ini, kata Presiden, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun membutuhkan dukungan dari pengusaha swasta dan masyarakat.

Dia mengatakan penggunaan teknologi informasi ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing' dan efektivitas perekonomian. Pada akhirnya, daya saing Indonesia secara menyeluruh akan meningkat.

Presiden meyakini dengan menerapkan teknologi informasi pada kegiatan penyelenggaraan pemerintah, kineIja pemerintah akan lebih efisien. Korupsi yang menjadi salah satu kendala efektivitas penggunaan anggaran negara, menurutnya, akan dapat diatasi, setidaknya dikurangi.

Teknologi informasi, papamya, dapat juga dijadikan alat pengawasan bagi masyarakat, misalnya kepada wajib pajak.

"Jadi dapat segera diketahui siapa orang yang malas bayar pajak," tambahnya.
Untuk sektor pendidikan, dia menargetkan pada lima tahun mendatang sistem pendidikan nasional sudah terintegrasi dengan sistem dan metode pendidikan yang sarna.
Sementara itu, UKM, menurutnya, tidak bisa dipisahkan dari teknologi informasi. Terkait hal itu, dia mengatakan lima tahun mendatang pengembangan UKM ditargetkan sudah memiliki sistem terpadu antardaerah.

XL Koinsel
Operator seluler PI Excelcomindo Pratarna Tbk (XL) membidik sekitar 30 juta anggota koperasi di Indonesia melalui layanan komunikasi murah Koperasi Seluler Indonesia (Koinsel), yang menawarkan konten sesuai kebutuhan anggota koperasi.

Dirut XL Hasnul Suhaimi mengatakan layarian ini bekerja sarna dengan Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) yang merupakan bagian dari komitmen XL mendukung proses perberdayaan masyarakat ekonomi lemah.

"Upaya strategis ini juga menambah jumlah pelanggan secara signifikan melalui basis pemberdayaan komunitas," kata Hasnul, kemarin. Kartu perdana Koinsel secara simbolis diserahkan Hasnul kepada Ketua Dekopin Adi Sasono disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada perin gat an Hari Gerakan Koperasi di Bali, kemarin.

Koinsel yang menggunakan kartu murah Jempol ini dilengkapi layanan nilai tambah berbasis SMS berisi informasi seputar kebutuhan anggota koperasi. Untuk koperasi nelayan misalnya diberikan info tentang cuaca, tinggi gelombang, lokasi penangkapan ikan yang akurat, maupuil harga pasar. (K2) (ema.girsang@bisnis.co.id)